Gurunya Manusia
Written By Catatan Ngajar Ustadz Bowo on Sabtu, 24 Maret 2012 | 21:32
Gurunya Manusia
Ketika
kota Hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh Amerika Serikat pada 1945,
hal yang pertama ditanyakan oleh Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito adalah
berapa banyak guru yang masih hidup. Kaisar Hirohito sangat sadar bahwa
kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa itu dimulai dari sumber daya
manusianya. Sementara sumber daya manusia yang baik itu bisa dicapai
dengan pendidikan. Sedangkan faktor yang penting dalam pendidikan pada
masa itu adalah keberadaan guru.
Guru
adalah orang yang bisa mengajar murid-muridnya. Guru adalah sosok yang
bisa mengarahkan pendidikan bagi para murid yang dididiknya. Guru adalah
pendidik, pengajar, dan fasilitator bagi para muridnya. Oleh karenanya,
sosok guru menjadi sangat urgen dalam dunia pendidikan. Salah satu
faktor keberhasilan pendidikan juga ditentukan oleh guru.
Munif
Chatib dalam bukunya yang berjudul “Gurunya Manusia” menawarkan sebuah
konsep keguruan yang bisa merealisasikan keberhasilan pendidikan. Konsep
gurunya manusia merupakan sebuah konsep keguruan yang perlu dicermati.
Konsep gurunya manusia adalah sebuah konsep yang mengarah pada
kualifikasi guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik untuk suksesi
pendidikan.
Gurunya
manusia adalah guru yang punya keikhlasan dalam mengajar dan belajar.
Guru yang punya keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para
siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas
akan berintrospeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi ajar.
Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar sebab mereka sadar,
profesi guru tidak boleh berhenti untuk belajar (hlm. 57).
Gurunya
manusia memiliki karakter yang mulia, budi pekerti, moral, dan etika
yang luhur, serta memiliki kompetensi yang berkualitas. Dengan demikian,
gurunya manusia bukanlah guru robot yang kinerjanya mirip seperti
robot. Guru robot hanya peduli pada beban materi yang harus disampaikan
kepada para murid di waktu kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan.
Gurunya
manusia juga tidak berkarakter materialis. Guru materialistis hanya
mementingkan materi-finansial belaka. Guru materialistis adalah guru
yang selalu melakukan perhitungan, hal ini seperti yang dilakukan oleh
para pelaku bisnis. Guru seperti itu hanya mengincar dan menghitung
berapa besar gaji yang diberikan sehingga terkadang menimbulkan
ketidakikhlasan dalam mendidik para murid.
Tentunya,
gurunya manusia yang ditawarkan oleh Munif bukanlah seperti guru robot
ataupun guru materialistis. Gurunya manusia yang dikonsepkan Munif
adalah guru yang ikhlas, mau belajar, dan tegar serta sabar dalam
mengajar para muridnya. Gurunya manusia juga mau mengajar dan menerima
murid dengan berbagai karakter.
Gurunya
manusia bersikap profesional, personal, sosial, dan pedagogik. Di
hadapan guru, setiap murid berpotensi menjadi juara. Gurunya manusia
tidak mendiskriminasi setiap muridnya atau sebagian murid yang memiliki
perbedaan dan kelainan. Dia selalu mengajar dengan hati, memahami
kemampuan murid dan terus menjelajahinya, mengajar dengan cara yang
menyenangkan dan menarik, serta mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator yang baik terhadap pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Menurut
Anies Baswedan, Ph.D, rektor Universitas Paramadina dalam sebuah kata
pengantarnya, seorang guru mesti menguasai dua konsep dasar, yaitu
kepengajaran (pedagogi) dan kepemimpinan. Guru harus mengerti dan bisa
mempraktikkan konsep pedagogi yang efektif agar tujuan pendidikan
tercapai. Namun tak dapat dimungkiri bahwa kondisi tiap zaman berbeda.
Begitu pula kondisi tiap daerah. Banyak sekali faktor yang berpengarh
pada keberhasilan pendidikan. Guru saat ini haruslah senantiasa
up-to-date terhadap perkembangan ilmu pedagogi.
Konsep
lain yang penting adalah kepemimpinan. Guru adalah pemimpin di kelas
bagi para muridnya. Guru mesti memberikan contoh yang baik kepada para
muridnya. Akhlak guru memancar menjadi inspirasi pembentukan karakter
murid-murid. Tidak hanya demikian, guru juga harus bisa memberikan
motivasi kepada para muridnya di dalam kelas. Hal yang penting lagi bagi
guru, menurut Anis Baswedan, Ph.D, adalah bahwa guru itu harus
senantiasa belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Tidak dapat
dimungkiri lagi bahwa arus perkembangan dan perubahan zaman begitu
drastis dan berjalan sangat cepat. Oleh karenanya, guru juga harus mampu
menghadapi arus perubahan tersebut. Akhirnya, dengan membaca buku yang
berjudul “Gurunya Manusia”, para pembaca diajak untuk menyelami falsafah
konsep guru yang ideal yang disebut oleh penulisnya sebagai gurunya
manusia. Buku setebal 256 halaman tersebut sangat inspiratif sebagai
pedoman untuk meningkatkan kualitas guru guna menuju pendidikan
progresif dan visioner. Carut-marutnya pendidikan di Indonesia saat ini
memang tidak bisa dimungkiri lagi adanya. Sebagai salah satu solusinya
adalah peningkatan kualitas guru yang nantinya akan mampu mendidik para
peserta didik dengan baik. *) Peresensi adalah pengamat pendidikan pada
Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
http://oase.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar